Uang mungkin disumbangkan, batu dan kapur mungkin daat dibeli, tukang gambar bisa dibayar untuk membuat rencana, dan tukang batu mungkin dipekerjakan untuk memasang batu-batu, tapi iman yang hilang dan masih dihormati, yang melihat puisi dalam bentuk bangunan, puisi dari granit, yang bicara begitu lantang kepada orang-orang, puisi dalam bentuk marmer yang tegak di sana sebagai doa abadi yang terus-menerus dan tak tergoyahkan, tidak bisa dibeli dengan uang.
-Multatuli (Max Havelaar, 1860)