Rabu, 28 Maret 2012
Sabtu, 17 Maret 2012
[romaji] JUMP Around The World!!! lyrics
Label:
Arioka Daiki,
Chinen Yuri,
hey say jump,
Hikaru Yaotome,
Inoo Kei,
lyrics,
Nakajima Yuto,
Okamoto Keito,
Takaki Yuya,
Yabu Kota,
Yamada Ryosuke
Jumat, 16 Maret 2012
Tokyo Tower with ARASHI colour
malam ini Tokyo Tower nampak sedikit berbeda.
yak, Tokyo Tower khusus untuk malam ini dihiasi 5 warna, dan itu semua adalah warna dari ARASHI
kalau mau lihat langsung silahkan ke sini
sumpah~ Tokyo Towernya keren~ jadi pingin ke sana malam ini juga
yak, Tokyo Tower khusus untuk malam ini dihiasi 5 warna, dan itu semua adalah warna dari ARASHI
kalau mau lihat langsung silahkan ke sini
sumpah~ Tokyo Towernya keren~ jadi pingin ke sana malam ini juga
Label:
Aiba Masaki,
Arashi,
Matsumoto Jun,
Ninomiya Kazunari,
Ohno Satoshi
Rabu, 14 Maret 2012
Hikaru New Drama
barusan dapet foto ini dari Tumblr, thanks for someone who have upload this picture
rambutnya Hikaru sekarang jadi hitam
adoooooh~ tambah makin suka sama orang ini
gak sabar, pingin liat dorama ini >.<
dorama ini berjudul 37-sai de Isha ni Natta Boku ~Kenshui Junjo Monogatari~ (sumpah panjang banget)
mulai tayang tanggal 10 April 2012 di Fuji TV
rambutnya Hikaru sekarang jadi hitam
adoooooh~ tambah makin suka sama orang ini
gak sabar, pingin liat dorama ini >.<
dorama ini berjudul 37-sai de Isha ni Natta Boku ~Kenshui Junjo Monogatari~ (sumpah panjang banget)
mulai tayang tanggal 10 April 2012 di Fuji TV
HSJ Asia First Tour changes (HK Tour postponed, BKK Tour cancelled)
Label:
Arioka Daiki,
Chinen Yuri,
hey say jump,
Hikaru Yaotome,
Inoo Kei,
Nakajima Yuto,
Okamoto Keito,
Takaki Yuya,
Yabu Kota,
Yamada Ryosuke
kanji & romaji lyric Succeed - Hey! Say! JUMP
Label:
Arioka Daiki,
Chinen Yuri,
hey say jump,
Hikaru Yaotome,
Inoo Kei,
lyrics,
Nakajima Yuto,
Okamoto Keito,
Takaki Yuya,
Yabu Kota,
Yamada Ryosuke
Kamis, 01 Maret 2012
Tari Jaipong Part 2
2.5 Kategori Dalam Penyajian
Jaipong
Jaipong
mempunyai dua kategori dalam penyajiannya, yaitu :
1. Diberi Pola (Ibing Pola)
Penyajian
ini terdiri dari kelompok seniman yang menyajikan materi tari yang ditata
secara khusus untuk kebutuhan sajian tontonan atau pertunjukan (entertaiment).
Hal ini tentunya harus dilakukan oleh penari-penari yang memiliki kemampuan
tinggi melalui proses latihan secara intensif. Tarian ini biasanya ditampilkan
di Kota Bandung sebagai tempat lahirnya tarian ini sekaligus tempat untuk ajang
mempromosikan tari Jaipong sebagai kesenian asli Jawa Barat.
Sedangkan
penyajian kedua ini banyak di pentaskan di daerah Karawang dan Subang atau
sering disebut Bajidor, yang secara seloroh diasosiasikan dari akronim Barisan
Jelema Doraka yang artinya barisan orang berdosa.
Tetapi
dalam pengertian lain adalah sekelompok penonton atau penggemar yang turut
meramaikan suasana secara bersama yang ingin berpartisipasi didalam hiburan
Jaipongan. Penari di sini sifatnya menghibur, apabila penari dapat memuaskan
hasrat mereka untuk dalam menari makan para penikmat tarian ini tidak ragu-ragu
untuk memberikan imbalan berupa uang pada penari Jaipong. Uang tersebut biasa
disebut saweran atau jabanan atau Pamasak. Kelompok penonton terdiri dari
berbagai lapisan masyarakat memiliki latar belakang berbeda seperti petani,
bandar sayur, pedagang, tukang ojeg, camat, lurah, guru dan sebagainya. bahkan
kelompok perampok di daerah Pantai Utara (pantura) yang dikenal dengan nama
Golek Merah dan Bajing Luncat di arena pertunjukan Jaipongan justru acapkali
sering meramaikan suasana.
2.5.1 Penari
Dalam penampilannya penari Jaipongan terdiri dari :
a. Rampak sejenis ( kelompok laki-laki atau perempuan)
b. Rampak berpasangan (kelompok berpasangan laki-laki dan
perempuan)
c. Tunggal laki-laki dan tunggal perempuan
d. Berpasangan laki- laki / perempuan
2.6 Fungsi Tarian Jaipong
Awal
diciptakannya Jaipong menurut Gugum Gumbira mempunyai dua fungsi, yaitu :
1. Sebagai Tarian Pergaulan
Pada awal
di ciptakannya Tarian Jaipong diharapkan akan menjadi tarian pergaulan para
remaja pada saat itu. Tarian ini pun tidak sembarangan dibuat, banyak survey
yang di lakukan Gugum Gumbira. Tercemin dari gerakan-gerakan Jaipong yang
mewajibkan mata para penarinya harus fokus dan selalu memandang ke depan atau
teman menari sehingga tercipta komunikasi secara Gambar.
2. Sebagai Tarian Pertunjukan
Fungsi ini
sudah jelas merupakan alasan tarian Jaipong di ciptakan, karena ada tuntutan
dari presiden Soekarno pada tahun 1961, yang pada saat itu mulai membatasi
budaya asing termasuk musik-musik barat. Kejadian itu justru mendorong seniman
dari Jawa barat ini dalam menciptakan tarian tradisional yang dibuat lebih
modern agar mudah dicerna dan dimainkan atau pentaskan oleh remaja.
Tari Jaipong Part 1
2.1
Pengertian Tari Jaipong
Jaipongan adalah sebuah jenis tari
pergaulan tradisional masyarakat
Sunda, Jawa Barat, yang cukup populer di Indonesia. Jaipongan
adalah sebuah aliran seni tari yang lahir dari kreativitas seorang seniman
Berasal dari Bandung, Gugum Gumbira. Perhatiannya pada kesenian rakyat yang
salah satunya adalah Ketuk Tilu menjadikannya mengetahui dan mengenal betul
perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada Kliningan/Bajidoran
atau Ketuk Tilu. Gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam
gerak mincid dari beberapa kesenian di atas cukup memiliki inspirasi untuk
mengembangkan tari atau kesenian yang kini dikenal dengan nama Jaipongan.
Sebagai tarian pergaulan, tari Jaipong berhasil dikembangkan oleh Seniman Sunda
menjadi tarian yang memasyarakat dan sangat digemari oleh masyarakat Jawa Barat
(khususnya), bahkan populer sampai di luar Jawa Barat.
Menyebut
Jaipongan sebenarnya tak hanya akan mengingatkan orang pada sejenis tari
tradisi Sunda yang atraktif dengan gerak yang dinamis. Tangan, bahu, dan
pinggul selalu menjadi bagian dominan dalam pola gerak yang lincah, diiringi
oleh pukulan kendang. Terutama pada penari perempuan, seluruhnya itu selalu
dibarengi dengan senyum manis dan kerlingan mata. Inilah sejenis tarian
pergaulan dalam tradisi tari Sunda yang muncul pada akhir tahun 1970-an yang
sampai hari ini popularitasnya masih hidup di tengah masyarakat.
2.2 Gambaran Umum Jaipong
Seni tari Jaipong adalah sebuah fenomena
menarik dan penting dalam perkembangan tari Sunda hal ini terlihat dari
sambutan masyarakat terhadapnya. Akhir tahun 1970-an sebagai awal kemunculannya
Jaipongan langsung menjadi tren yang mencengangkan.
Lahirnya tarian Jaipong tidak lepas
dari fenomena Di tahun 1961, Presiden Soekarno yang pada saat itu mulai
membatasi budaya asing termasuk musik-musik barat. Beliau justru mendorong
seniman tradisional untuk mau menunjukkan ragam tarian etnik dari daerah-daerah
di Indonesia, di tingkat internasional. Dengan bekal pengetahuan seni tradisional
inilah, gerak tari Jaipong akhirnya tercipta. Namun, Jaipong yang Gugum
ciptakan adalah sebuah tarian modern, sekalipun gerakan dasarnya adalah gerakan
yang diambil dari beberapa tari tradisional.
Kehadiran
Jaipongan di area tari di jawa barat tak bisa dipisahkan penciptanya yaitu
Gugum Gumbira. Pernari muda yang sangat rajin mempelajari tari rakyat Jawa
Barat ini pada pertengahan tahun 1970-an berhasil menciptakan sebuah tari
hiburan pribadi yang terinspirasi dari tari Ketuk Tilu dan gerak-gerak pencak
silat. Dua kesenian itu disebut memiliki sifat hero, demokratis, erotis, dan
akrobatik.
Menurut
Koentjaraningrat (1997 : 300) Di samping bahasa sunda sebagai identitas
kesundaan, ciri kepribadian orang sunda yang lain adalah, bahwa orang sunda
sangat mencitai dan menghayati keseniannya. Dari bahasa, keseniannya dan
sikapnya sehari-hari dapat kita gambarkan tipe ideal orang Sunda sebagai
manusia yang optimis, suka dan mudah genbira, yang memiliki watak terbuka,
tetapi sering bersifat terlalu perasa. Tentu gambaran ini sangat bersifat umum.
Pola hidup masyarakat Sunda adalah
berladang. Masyarakat yang mengandalkan hidupnya dari hasil alam atau dari
hasil perkebunan dan persawahan. Komunitas peladang ini hidupnya cenderung
berpindah-pindah atau nomaden. Masa tinggal mereka di suatu tempat disesuaikan
dengan masa berladang yang relative singkat, yang tak memerlukan teknik
irigasi. Maka itu, mereka tak merasa perlu untuk membangun tempat tinggal untuk
didiami selama-lamanya.
Untuk
menyampaikan permohonan dan restu sebelum mengadakan sesuatu usaha, pesta, atau
perlawatan. Kepercayaan kepada cerita-cerita mite (mitos) dan ajararn-ajaran
agama sering diliputi oleh kekuatan-kekuatan gaib. Upacara-upacara yang berhubungan
dengan salah satu fase dalam kehidupaan, seperti mendirikan rumah, menanam
padi, yang mengadung banyak unsur-unsur bukan ajaran agama Islam, masih sering
dilakukan. (Koentjaraningrat, 1997 : 315)
Dalam
mitologi (cerita tradisional atau kisah yang menjadi kepercayaan suatu
masyarakat) Sunda, yakni himpunan dongeng-dongeng suci sunda, banyak juga yang
bukan merupakan unsur-unsur yang bukan Islam. Orang-orang petani Sunda mengenal
dongeng-dongeng yang erat kaitannya dengan tanaman padi, cerita itu adalah Nyi
Pohaci Sanghyang. Walaupun tampak sering tidak masuk akal, akan tetapi di
belakang cerita-cerita mitos itu biasanya terdapat sesuatu makna yang mempunyai
nilai penting dalam pikiran warga sunda dan merupakan suatu kebudayaan. Dalam
pikiran masyarakat sunda yang pada umum
Langganan:
Postingan (Atom)