2.1
Pengertian Tari Jaipong
Jaipongan adalah sebuah jenis tari
pergaulan tradisional masyarakat
Sunda, Jawa Barat, yang cukup populer di Indonesia. Jaipongan
adalah sebuah aliran seni tari yang lahir dari kreativitas seorang seniman
Berasal dari Bandung, Gugum Gumbira. Perhatiannya pada kesenian rakyat yang
salah satunya adalah Ketuk Tilu menjadikannya mengetahui dan mengenal betul
perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada Kliningan/Bajidoran
atau Ketuk Tilu. Gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam
gerak mincid dari beberapa kesenian di atas cukup memiliki inspirasi untuk
mengembangkan tari atau kesenian yang kini dikenal dengan nama Jaipongan.
Sebagai tarian pergaulan, tari Jaipong berhasil dikembangkan oleh Seniman Sunda
menjadi tarian yang memasyarakat dan sangat digemari oleh masyarakat Jawa Barat
(khususnya), bahkan populer sampai di luar Jawa Barat.
Menyebut
Jaipongan sebenarnya tak hanya akan mengingatkan orang pada sejenis tari
tradisi Sunda yang atraktif dengan gerak yang dinamis. Tangan, bahu, dan
pinggul selalu menjadi bagian dominan dalam pola gerak yang lincah, diiringi
oleh pukulan kendang. Terutama pada penari perempuan, seluruhnya itu selalu
dibarengi dengan senyum manis dan kerlingan mata. Inilah sejenis tarian
pergaulan dalam tradisi tari Sunda yang muncul pada akhir tahun 1970-an yang
sampai hari ini popularitasnya masih hidup di tengah masyarakat.
2.2 Gambaran Umum Jaipong
Seni tari Jaipong adalah sebuah fenomena
menarik dan penting dalam perkembangan tari Sunda hal ini terlihat dari
sambutan masyarakat terhadapnya. Akhir tahun 1970-an sebagai awal kemunculannya
Jaipongan langsung menjadi tren yang mencengangkan.
Lahirnya tarian Jaipong tidak lepas
dari fenomena Di tahun 1961, Presiden Soekarno yang pada saat itu mulai
membatasi budaya asing termasuk musik-musik barat. Beliau justru mendorong
seniman tradisional untuk mau menunjukkan ragam tarian etnik dari daerah-daerah
di Indonesia, di tingkat internasional. Dengan bekal pengetahuan seni tradisional
inilah, gerak tari Jaipong akhirnya tercipta. Namun, Jaipong yang Gugum
ciptakan adalah sebuah tarian modern, sekalipun gerakan dasarnya adalah gerakan
yang diambil dari beberapa tari tradisional.
Kehadiran
Jaipongan di area tari di jawa barat tak bisa dipisahkan penciptanya yaitu
Gugum Gumbira. Pernari muda yang sangat rajin mempelajari tari rakyat Jawa
Barat ini pada pertengahan tahun 1970-an berhasil menciptakan sebuah tari
hiburan pribadi yang terinspirasi dari tari Ketuk Tilu dan gerak-gerak pencak
silat. Dua kesenian itu disebut memiliki sifat hero, demokratis, erotis, dan
akrobatik.
Menurut
Koentjaraningrat (1997 : 300) Di samping bahasa sunda sebagai identitas
kesundaan, ciri kepribadian orang sunda yang lain adalah, bahwa orang sunda
sangat mencitai dan menghayati keseniannya. Dari bahasa, keseniannya dan
sikapnya sehari-hari dapat kita gambarkan tipe ideal orang Sunda sebagai
manusia yang optimis, suka dan mudah genbira, yang memiliki watak terbuka,
tetapi sering bersifat terlalu perasa. Tentu gambaran ini sangat bersifat umum.
Pola hidup masyarakat Sunda adalah
berladang. Masyarakat yang mengandalkan hidupnya dari hasil alam atau dari
hasil perkebunan dan persawahan. Komunitas peladang ini hidupnya cenderung
berpindah-pindah atau nomaden. Masa tinggal mereka di suatu tempat disesuaikan
dengan masa berladang yang relative singkat, yang tak memerlukan teknik
irigasi. Maka itu, mereka tak merasa perlu untuk membangun tempat tinggal untuk
didiami selama-lamanya.
Untuk
menyampaikan permohonan dan restu sebelum mengadakan sesuatu usaha, pesta, atau
perlawatan. Kepercayaan kepada cerita-cerita mite (mitos) dan ajararn-ajaran
agama sering diliputi oleh kekuatan-kekuatan gaib. Upacara-upacara yang berhubungan
dengan salah satu fase dalam kehidupaan, seperti mendirikan rumah, menanam
padi, yang mengadung banyak unsur-unsur bukan ajaran agama Islam, masih sering
dilakukan. (Koentjaraningrat, 1997 : 315)
Dalam
mitologi (cerita tradisional atau kisah yang menjadi kepercayaan suatu
masyarakat) Sunda, yakni himpunan dongeng-dongeng suci sunda, banyak juga yang
bukan merupakan unsur-unsur yang bukan Islam. Orang-orang petani Sunda mengenal
dongeng-dongeng yang erat kaitannya dengan tanaman padi, cerita itu adalah Nyi
Pohaci Sanghyang. Walaupun tampak sering tidak masuk akal, akan tetapi di
belakang cerita-cerita mitos itu biasanya terdapat sesuatu makna yang mempunyai
nilai penting dalam pikiran warga sunda dan merupakan suatu kebudayaan. Dalam
pikiran masyarakat sunda yang pada umum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar